TELP / SMS / WA / LINE / TELEGRAM : 0812-3634-805

Apa itu Skoliosis?

Skoliosis adalah kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan bentuk punggung yang tidak normal atau melengkung seperti huruf C atau S. Skoliosis lebih sering ditemukan pada anak-anak sebelum masa pubertas, yaitu sekitar usia 10–15 tahun.

Pengidap skoliosis dewasa jika tulang belakang melengkung semakin parah akan merasakan sulitnya bernapas, timbulnya rasa nyeri, serta kelainan bentuk pada tulang belakang. Jika terus dibiarkan, mungkin saja kelumpuhan dapat terjadi. Maka dari itu, penanganan perlu dilakukan segera saat masalahnya masih dalam tahap ringan untuk mencegah berbagai komplikasi yang dapat membahayakan.

Penyebab Terjadinya Skoliosis

Sebagian besar kasus skoliosis tidak ditemukan penyebabnya (idiopatik). Namun, terdapat beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya skoliosis, yaitu:

  • Kondisi Neuromuskular. Kondisi ini mempengaruhi saraf dan otot. Mereka termasuk cerebral palsy, poliomielitis, dan distrofi otot.
  • Skoliosis Kongenital. Ini adalah kondisi bawaan berarti bahwa kondisi tersebut sudah ada sejak lahir. Skoliosis jarang terjadi saat lahir, tetapi dapat terjadi jika tulang di tulang belakang berkembang secara tidak normal saat janin tumbuh.
  • Gen Spesifik. Para peneliti percaya bahwa setidaknya satu gen berperan dalam perkembangan skoliosis.
  • Panjang Kaki. Jika satu kaki lebih panjang dari yang lain, seseorang dapat mengalami skoliosis.
  • Skoliosis Sindromik. Skoliosis dapat berkembang sebagai bagian dari kondisi medis, termasuk neurofibromatosis atau sindrom Marfan.
  • Osteoporosis dapat menyebabkan skoliosis sekunder karena degenerasi tulang.
  • Postur tubuh yang buruk, membawa ransel atau tas, gangguan jaringan ikat, dan beberapa cedera dapat menyebabkan kelengkungan tulang belakang.

Gejala Skoliosis

lengkungan dari skoliosis semakin parah, tulang belakang juga dapat mengalami berputar atau melintir, selain melengkung ke satu sisi ke sisi lainnya. Hal ini dapat menyebabkan tulang rusuk di satu sisi tubuh lebih menonjol dibanding sisi lainnya.

Gejala skoliosis lainnya yang dapat dilihat dari adanya perubahan penampilan pada bagian dada, pinggul dan bahu, seperti:

  • Condong ke satu sisi.
  • Salah satu bagian bahu akan terlihat lebih tinggi.
  • Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol.
  • Adanya tonjolan pada salah satu bagian pinggul.
  • Nyeri punggung bawah.
  • Kekakuan punggung.
  • Nyeri dan mati rasa di kaki (karena saraf terjepit).
  • Kelelahan karena ketegangan otot.

Cara Mencegahnya Bagaimana?

bisa disebut skoliosis ini dari awal tidak bisa dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat mencegah skoliosis agar tidak semakin parah. Antara lain:

1. Deteksi Dini Kunci Pencegahan Semakin Parah

Waspada terhadap berbagai tanda dan perubahan tubuh yang terjadi. Jika dari awal, Anda mampu mendeteksi gejala-gejala skoliosis, segera memeriksakan diri ke dokter untuk menentukan rencana perawatan yang tepat. Ada beberapa gejala umum skoliosis yang dapat diamati seperti, bahu atau pinggul yang tampak tidak rata, tulang melengkung atau condong ke satu sisi, tulang rusuk mencuat di satu sisi, saat memakai pakaian terasa tidak pas di badan, dan pada beberapa kondisi tertentu penderita juga mengalami sakit punggung.

2. Melatih Postur Tubuh untuk Mengelola Perkembangan Skoliosis

Cara lain untuk mengelola skoliosis dengan melatih postur tubuh. Pelatihan ini dapat dilakukan berdasarkan rekomendasi dokter, atau para ahli profesional. Dalam proses perawatannya, pasien akan diperiksa dan diamati terkait perkembangan skoliosis yang dimilikinya. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah kondisinya dapat berpotensi menjadi lebih buruk atau tidak.

Namun, jika dari pemeriksaan atau berdasarkan tes genetik menyatakan kondisi dapat lebih parah, intervensi akan segera dilakukan secepat mungkin. Proses intervensi pelatihan postur tubuh akan dilakukan dalam beberapa tahap. Jika hasil tes menyatakan penyakit skoliosis tidak mungkin berkembang lebih parah, perawat akan mengajari Anda mengenai aktivitas-aktivitas yang dapat memicu perkembangan tulang, dan menghindarinya dari risiko skoliosis.

3. Konsumsi Nutrisi dan Olahraga Teratur untuk Mencegah Osteoporosis dan Skoliosis

Cara ini dapat dilakukan untuk mereka yang berada di usia dewasa atau lanjut usia. Ketika menginjak usia lanjut, tanpa kita sadari tulang menjadi lebih lemah dan rapuh, hal ini juga secara tidak langsung menyebabkan tulang belakang melengkung secara tidak normal. Akan tetapi, kabar baiknya kondisi ini dapat dicegah. Pencegahannya dapat dilakukan dengan mengonsumsi berbagai nutrisi baik, dan melakukan olahraga secara rutin. Kedua hal tersebut, mampu mengurangi risiko orang dewasa atau lebih tua terkena masalah tulang seperti osteoporosis, serta juga dapat membantu mencegah pengembangan skoliosis.

4. Hindari Duduk Terlalu Lama

Duduk terlalu lama dapat membawa banyak risiko untuk tubuh Anda, salah satunya masalah postur tulang. Berikan beberapa variasi untuk tubuh Anda agar dapat bergerak, dan tidak membiarkannya ada di satu postur tertentu. Selain itu, jika Anda banyak menghabiskan waktu untuk duduk, coba gunakan kursi ergonomis dengan penyangga pinggang yang tepat. Hal ini bertujuan agar punggung dan tulang belakang Anda terasa nyaman.

Nah, hal di atas merupakan kejelasan mengenai skoliosis, yuk hidup sehat mulai sekarang agar terhindar dari penyakit skoliosis ini. Artikel ini dikutip dari ciputrahospital.com, halodoc.com, dan alodokter.com.